A great journey always starts with a single step, right?Sekitar sebulan yang lalu saya bersama beberapa teman pergi liburan ke Jogja, tepatnya waktu libur imlek yang kebetulan pas akhir pekan. Ada Monic, Anggi, Dian, Fuad, dan Evi. Perjalanan diawali dari stasiun Sidoarjo, waktu itu ada Anggi dan Monic yang juga berangkat dari sana. Sisanya Fuad, Evi dan Dian berangkat dari Stasiun Gubeng. Perjalanan menggunakan kereta Logawa menuju Jogja kurang lebih lima jam.
Ini kali kedua saya menggunakan kereta untuk berpergian. Pertama mau naik kereta masih bingung kereta mana yang akan saya tumpangi. Karena sistem kereta sekarang berbeda dengan yang dulu, penumpang mempunyai tempat duduk tetap sesuai dengan tiket yang mereka beli. Berbeda dengan waktu saya pertama kali naik kereta dulu, dimana penumpang bisa duduk di kursi mana saja dan itupun kalau tempatnya masih ada.
Sempat ada kejadian lucu waktu itu. Dimana tempat duduk yang saya cari sudah ditempati orang lain, sedangkan Monic dan Anggi sudah dapat tempat duduk di gerbong sebelah. Sempat bingung karena tempat duduk kami harusnya berurutan, akhinya saya pergi ke gerbong dia untuk memastikan tiket saya kembali tetapi tetap tidak ada yang salah dengan tiketnya. Kemudian saya sadar setelah melihat lebih detil tiket itu, dan pantas saja kursi duduk tadi sudah ada yang menempati. Karena tiket yang saya bawa ini adalah tiket untuk keberangkatan dari stasiun Lempuyangan – Jogja bukannya tiket keberangkatan dari stasiun Sidoarjo. Yaa ampun!
Kereta berhenti di stasiun Gubeng. Di sini Dian, Fuad dan Evi gabung dengan rombongan dan di sini juga kami bertemu Olive. Olive anak balita yang waktu itu berangkat bersama keluarganya untuk berlibur ke Jogja, seketika menjadi penghibur di sepanjang perjalanan kami menuju Daerah Istimewa Yogyakarta.
Caption : Olive
Sekedar tips untuk Anda yang berpergian jauh naik kereta, demi menghemat pengeluaran ada baiknya jika mempersiapkan bekal seperti minuman, nasi bungkus atau sekedar makanan ringan. Karena makanan dan minuman yang dijual di kereta saya rasa cukup mahal jika melihat menu dan porsinya.Kereta sampai di stasiun Lempuyangan – Jogja sekitar pukul setengah tiga, di sini kami dijemput kakeknya Dian yang punya lossmen di daerah dekat stadion Mandala Krida. Walaupun jarak stasiun ke lossmen cukup jauh kami memutuskan untuk jalan untuk melemaskan kaki. Sesampainya di lossmen kami istirahat sebentar, bersih bersih badan untuk siap-siap ke Malioboro.

Caption : Foto di halte trans jogja
Jangan lupa sedia payung sebelum hujan, karena waktu itu cuaca sedikit gerimis. Kami berangkat ke Malioboro dengan menaiki bus trans Jogja dari halte dekat stadion Mandala Krida, tarifnya kalau tidak salah 3.000 rupiah per orang. Langsung sampai di Malioboro dengan oper bus satu kali. Di Malioboro langsung jalan cari tempat makan, karena belum tahu tempat makan yang murah terpaksa cari yang seadanya di sana. Saya makan di sini habis sampai 30.000 hanya untuk seporsi nasi ayam sambal dan segelas es teh.
Di Malioboro tujuan yang pasti adalah cari oleh-oleh dan souvenir, walaupun saya sendiri tidak jadi membeli apapun. Jika belanja di Malioboro Anda harus benar-benar pintar menawar. Kalau tidak bisa atau tidak tega menawar Anda bisa meminta tolong ke teman Anda, atau jika sedang sendiri cari saja toko yang menjual barang dengan harga pas.
Di sini rombongan kami bertambah satu dengan datangnya mas Fahmi yang waktu itu terlihat seperti habis berkemah, dia membawa carrier besar di punggungnya. Mas Fahmi adalah kakak kelas kami di SMK dulu. Kemudian kami juga kedatangan tamu dari Jogja, Indra teman kami waktu di SMK dulu sekarang kuliah Jogja dan menyempatkan untuk menyusul kami di Malioboro. Hari semakin malam, yang tadinya hanya gerimis sekarang menjadi hujan deras. Kami mencari angkringan untuk sekedar berteduh, beli kopi dan menghangatkan badan. Ngobrol denga Indra, cerita Jogja bagaimana keadaanya selama di kuliah di sini.
Caption : Berteduh di angkringan
Tidak terasa hari semakin larut malam dan hujan mulai reda, sampai di sini dulu perjumpaan kami dengan Indra. Kami memutuskan untuk kembali ke lossmen untuk istirahat. Karena sudah terlalu malam kami tidak menjumpai kendaraan umum yang bisa kami gunakan untuk kembali. Akhirnya kami kembali ke lossmen dengan jalan kaki. Lagi!

Caption : Foto bersama dulu dengan Indra
Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa tempat wisata di Jogja, sebelumnya kami sarapan dulu di warung pecel depan stadion Mandala Krida. Perjalanan ke tempat wisata ditempuh dengan menyewa mobil, untuk sewa sehari dikenakan biaya 450.000 sudah termasuk dengan sopir.
Caption : Packing barang ke dalam mobil dan berangkat ke tempat wisata
Tempat wisata pertama yang kami kunjungi ada di daerah gunung kidul, tepatnya di wisata air terjun Sri Gethuk. Dengan dipandu seorang guide tour, kami menyusuri jalan setapak dan air terjun. Selain air terjunnya tempat ini menyediakan fasilitas wahana arung jeram dengan menggunakan ban dalam truk yang dipompa menjadi perahu. Tiap orang menaiki satu ban kemudian dipandu beberapa orang safety guard hanyut melewati jeram sungai. Walaupun arung jeramnya hanya sebentar, tapi cukup untuk bisa dikatan sebagai pengalaman yang mengesankan.
Caption : Mandi di air terjun
Caption : Goa Rancang, Kunung Kidul - Jogja
Caption : Gambar Garuda Pancasila oleh pejuang Indonesia
Satu lagi, jangan lupa foto-foto.
Caption : Anggi dan Dian
Caption : Evi
Caption : Monic
Caption : Fuad
Caption : Syahrul (Saya)
Kemudian isi perut dulu di rumah makan prasmanan sebelum ke tempat wisata selanjutnya, karena perjalanannya yang masih cukup lama. Di rumah makan ini kami menjumpai seorang kakek, masuk dari pintu depan menemui seorang pelayan. Kami lihat kakek itu dari kejauhan, dia meminta sebotol air mineral. Kakek itu terlihat lelah sekali, seperti habis dari perjalanan jauh. Melihatnya iba, Monic kemudian pergi ke meja pelayanan untuk membeli sebungkus nasi yang kemudian diberikannya kepada kakek tersebut. Sebelum kakek itu pergi Monic juga sempat menanyainya. Monic bercerita kalau kakek itu sedang dalam perjalan pulang ke rumah, dan rumahnya sendiri masih jauh (saya lupa daerahnya). Dia jalan kaki sampai ke rumah makan ini, kakek tersebut kehabisan uang dan bekal. Dia pun sempat menjual sarungnya.
Perjalanan ini tidak hanya sebuah perjalanan wisata, tapi juga sebuah cerita perjalan hidup. Dimana kita harusnya sadar, dapat ikhlas berbagi kepada orang lain yang kiranya sedang mengalami kesusahan. Kita yang mampu mempunyai kewajiban untuk membantu yang kurang mampu. Karena kita juga tidak tahu, apakah suatu saat nanti menjadi seorang yang diposisikan seperti kakek itu. Kita tidak tahu.
– This is not only special journey, but also a spiritual journey.
Caption : Pantai Indrayanti
Karena saya banyak tidur di mobil, tidak terasa sudah sampai di Pantai Indrayanti. Rencananya di pantai ini mau lihat sunset, tapi cuaca yang kurang mendukung menutupi matahari yang akan terbenam. Tidak lama kami di pantai, kegiatannya disini hanya foto-foto saja.
Caption : Foto bersama di pantai Indrayanti
Caption : Foto bersama di pintu masuk pantai Indrayanti
Di pantai ini, karena banyak tingkah celana yang dipakai Evi robek. Apa mungkin ini penyebabnya?
Diteruskan perjalan pulang, mampir dulu di bukit bintang. Tempatnya cukup ramai, di sini pengunjung bisa melihat kerlap kerlip lampu kota (seperti bintang) yang berada dibawah kaki gunung. Dinamakan bukit bintang mungkin karena itu. Hanya sebentar juga kami mampir di sini, karena hari semakin malam dan besok pagi kami harus meninggalkan Jogja.
Caption : Pemandangan lampu kota Jogja dari bukit bintang
– Di Maliboro kami bertemu, dan di Malioboro pula kami harus perpisah. Sampai bejumpa di perjalan berikutnya mas bro.

Karena tadi mampir di toko oleh-oleh dan Malioboro, jam sewa mobil menjadi bertambah. Biaya sewa tambahan perjam sekitar 30.000.Malam ini Jogja hujan lagi, sebelum tidur kami makan malam mi goreng dulu di warung depan lossmen. Saya membeli seporsi mi goreng dan susu hangat, harga untuk seporsi mi goreng 5.000 rupiah dan 2.500 rupiah untuk susu hangat. Malam ini menjadi malam terakhir kami di Jogja.
Caption : Minggu pagi di Jogja
Pagi menyambut, kami bersih berih badan, merapikan kamar lossmen, dan Dian bergegas mencari becak untuk ke stasiun. Dian pulang tidak bersama kami, dia berangkat lebih pagi dan lebih dulu karena Dian ada kelas mengajar nanti.
– Dian, terima kasih. Buat kakekmu juga, terima kasih. Terima kasih atas tumpangan lossmen gratisannya.
Kami bergegas ke stasiun Lempuyangan menggunakan becak dan tanpa sarapan terlebih dahulu, karena kereta berangkat jam sembilan. Fuad dengan Evi, Monic dengan Anggi, Aku dengan oleh-oleh dan barangnya Monic dan Anggi. Di stasiun Lempuyangan ini saya baru tahu ada mesin pembuat kopi otomatis. Tinggal masukkan uang, pilih kopi, kemudian keluar kopi yang siap minum dari mesinnya. Saya merasa menjadi orang yang katrok saat itu juga karena baru tahu ada mesin yang seperti ini.
Dan ternyata waktu di stasiun kami bertemu lagi dengan Olive dan keluarganya, mereka juga kembali ke Surabaya hari ini. Naik kereta yang sama di gerbong yang sama, pelayan kereta api yang sama, nasi yang masih panas sejak kami berangkat kemarin, pedagang asongan yang sama , hingga pengamen yang sama kami jumpai di perjalanan pulang kali ini. Hanya AC gerbong yang sedikit berbeda karena lebih dingin dari gerbong yang sebelumnya kami tumpangi waktu berangkat ke Jogja.
Perjalanan kurang lebih 5 jam dari stasiun Lempuyangan hingga Gubeng. Kemudian berpisah dengan rombongan olive beserta keluarganya. Dan akhirnya sampai di stasiun Sidoarjo sekitar jam empat sore. Turun dari kereta, keluar stasiun dan makan bakso di kedai dekat stasiun. Mulai dari ini kami berpisah satu persatu dan mengakhiri perjalanan ini. Monic yang waktu itu di jemput bapaknya, sisanya naik angkutan umum bison. Fuad dengan Evi turun di perempatan Sruni, kemudian Anggi di Aloha, dan saya sendiri turun di Waru.
– Jika ada awal, selalu ada yang namanya akhir. Tapi perjalanan ini akan menjadi momen yang selalu mereka kenang dan ingatannya takkan pernah berakhir.
...
– SEKIAN, TERIMA KASIH –
Comments
Post a Comment